Terpukau Kamu

Tak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku tidak akan mengganggu kisahmu dengannya, atau dengan siapapun. Tapi mungkin aku akan tetap menunggu, walau pada akhirnya mungkin tak akan ada sebuah penegasan.

Sempat, aku berdiri di depan pintu. Pintu hatimu, maksudku. Kulihat pintu itu terbuka. Tapi ku putuskan untuk tidak mengetuk. Sebab aku tidak tahu berpihak kepada siapakah pintu itu. Mungkin saja pintu itu terbuka lantaran baru saja ada yang datang beranjangsana. Atau mungkin baru saja ada yang keluar. Entahlah. Yang kutahu, banyak sekali yang menunggu di depan pintu itu hingga membentuk seperti sebuah antrian.

Aku mungkin tak mengerti apa-apa.
Tapi aku menyadari aku ini apa; aku ini siapa.

Menatapmu saja aku merasa senang. Apalagi jika berhasil menetap. Mungkin aku akan merasa menang.

Aku tidak akan terburu-buru menuju. Apalagi mengejarmu. Untuk apa semua itu? Jika melihatmu bahagia saja rasanya kebahagiaanku sudah terwakilkan olehmu.

Aku nyaman posisiku saat ini.
Bisa menilikmu dari jarak berapapun tanpa perlu mengusikmu.

Tanpa mengubah apapun dalam dirimu.
Yang ku cemburui bukanlah "engkau jadi milik siapa". Tapi aku cemburu saat melihat usaha orang lain jauh lebih keras untuk bisa berjalan di sampingmu dibandingkan denganku. Semakin banyak orang yang diam-diam menyebut namamu, semakin aku tidak tenang. Seolah-olah degub di jantungku tak memperbolehkanmu dengan yang lain. Cukup denganku; hanya aku.

Namun, di balik semua. Memiliki bukan hanya tentang raga bersebelahan; menggenggam tangan. Rasa di hati yang semestinya dominan. Aku saja tak pernah menjadi yang paling berkesan untuk segenap yang kamu rasakan. Bagaimana mungkin memiliki adalah akhir yang menyenangkan? Aku pikir ini sebuah kekeliruan saat menganggapmu sebagai jawaban pertanyaan 'kenapa' untuk berbagai alasan. Ternyata bukan, detik ini, masih kamu yang mendebarkan. Masih kamu dan hanya akan selalu kamu.

Meskipun, memiliki kamu bukan sesuatu yang kumiliki. Aku akan meyakinkan diriku sendiri untuk 'baik-baik saja' pada setiap kondisi.

Dan aku yakin, banyak orang yang mengadukan namamu di hadapan Sang Pemilik Cinta. Tapi sungguh. Aku berharap bahwa akulah yang paling bersungguh-sungguh. Aku berharap bahwa akulah yang memilikmu secara menyeluruh; utuh. Namun, kamu pun tahu sendiri. Tak ada harapan yang pasti walau jawabannya jelas terpatri. 


Nesi & Naeli

-Nn

Komentar

Postingan Populer